Minggu, 22 Februari 2009

Vian (Part 2)

Aku dan Vian duduk ditaman Kompleks sambil menyeruput dalam-dalam coca-cola yang kami bawa dari rumah.
“capek juga yah” kataku sambil menghapus beberapa butir keringat yang berhasil keluar dari pori-pori kulitku.
“iyalah, kan kita ngitarin kompleks tiga kali, kan gila tuh, biasanya kita Cuma ngelilinginya satu kali, itupun kalo kamu kuat” Vian tersenyum kecil sambil memandang lurus kedepan
“iya..kamu kuat, by the way, kapan sih aku bisa lihat kamu maen piano?? Akutuh bosan Cuma denger kamu saja, akukan pengen lihat plus denger kamu” kataku menatap wajah vian yang putih bersih
“em..kapan yah?? Aku juga nggak tau, yang jelas jangan saat ini yah, habisnya aku masih merasa belum mantap,”
“trus yang aku dengerin itu apaan?? Itutuh sudah perfect banget!!”
“sabar yah,Mit, aku pasti bakal tampil di depanmu” vian tersenyum sedangkan aku langsung buang muka
“oh iya, kamu punya kertas bekas nggak??” tanya Vian
Aku menatap vian bingung, “ini lagi, kamu itu aneh tau,,,ngumpulin kertas bekas, emang buat apaan??”
“em..yah rahasia dong, nanti kalo proyek aku sudah jadi pasti aku bakal beritau kamu kok, janji deh”
“proyek apaan??”
“yah..proyek rahasia, sudahlah kamu nggak usah tau, kamu punya gak?”
“banyak tuh di gudang,” kataku cuek
“mit, kamu pasti bakal suka dengan proyekku itu,,jadi jangan marah kalo aku melarang kamu masuk ke dalam kamarku, karena disanalah pabrik proyekku itu, ngerti!?”
Aku menatap vian semakin bingung, vian kok main rahasia-rahasian gitu?
“kamu nggak percaya sama aku??” tanyaku
“bukan..bukan itu maksudku, aku kan sudah bilang, ini juga buat kamu kok” Vian tersenyum lagi membuat rasa penasaranku langsung pudar. Entah ada apa dengan senyumnya itu, setiap kali aku marah, kesal atau semua perasaan aneh melanda diriku, aku pasti akan luluh dengan senyumannya itu. Aku tak tau ini apa, yang jelas aku sangat senang melihat senyumnya itu, dan aku nggak mau kehilangan senyuman itu, begitu juga dengan pemiliknya...
* * *
Siang itu aku dan Vian duduk di bawah Pohon rindang yang terpajang tepat di sudut sekolah. Itu adalah tempat favorit kami di sekolah. Disana kami sering mengulang pelajaran bersama. Seperti saat ini, Vian tengah sibuk menjelaskan materi Fisika yang tadi baru saja di berikan.
“ini tuh nggak susah,Mit, ini tuh Cuma Masalah listrik doang, kamu tinggal sering-sering periksa tagihan rekening listrik mama kamu, jadi bisa cepat ngertinya” jelas Vian bersikeras padaku yang hanya manggut-manggut lemah saja.
Melihat reaksiku, Vian berhenti menjelaskan. Aku tau, pasti dia sudah capek mengetasi kebloon-anku dalam pelajaran Ilmu ukur itu. Vian lalu bangkit dari tempatnya dan langsung membelakangiku.
“Mitha, kamu tau nggak banyak orang yang mau mengecap dunia pendidikan, dan hanya orang-orang yang beruntung saja yang bisa mewujudkannya, jadi jangan sia-siakan kesempatan itu dengan kemalasanmu”
Aku tertegun mendengar perkataan Vian. “iya emang benar, tapi kalo aku dasarnya udah gak bisa masa mau dipaksain”
“batu aja bisa berlubang karena terus menerus di tetesi aliran air, otak manusia-kan tidak sekeras batu, pasti bisa” Vian berbalik lalu memberikan senyum termanis miliknya membuatku langsung berpikir dua kali soal otakku.
“yah...mungkin bisa” kataku lalu tersenyum padanya
Vian girang bukan main, karena ini adalah kali pertamanya aku mau merenungkan nasehatnya. Vian kembali duduk disampingku dan memulai kembali penjelasannya. Dia tampak sangat bersemangat menjelaskan semuanya, padahal aku hanya terus memperhatikan wajahny yang terus di lukisi senyum manis.
Hm...sahabatku ini...
* * *
“mitha!!!” panggil vian dari balik tembok pemisah rumah kami. Tembok itu setinggi ssetengah meter dan dilapisi oleh warna Putih bersih.
Aku yang lagi asyik menyirami tanaman-tanaman mama, langsung menoleh ke sumber suara itu.
“ada apa??” tanyaku
“aku mau kertas bekas kamu dong!!” jawab Vian tersenyum-senyum aneh
“ada tuh di gudang, kamukan udah ngambil kemarin, masih butuh??” tanyaku penasaran, tapi vian malah membalasnya dengan anggukan penuh semangat.
“ya udah, ikut aku” aku lalu mematikan Kran air lalu segera berjalan menuju ke gudang rumah yang terletak tepat di sudut rumahku, terpisah dengan Bangunan Permanen dan di kelilingi oleh tanaman-tanaman mama. Vian mengikutiku dari belakang, ia terus saja memasang wajah sumringah.
Aku membuka pintu dengan perlahan, dan tampaklah semua kardus-kardus tua yang berisi entah itu apa. Balok-balok kayu yang sudah rapuh karena telah menjadi tempat beranak-pinang rayap, juga debu yang minta ampun banyaknya. Membuatku dan vian terbatuk-batuk yang lagi membongkar isi kardus-kardus. Tak banyak yang kami lakukan di gudang selain membbongkar isi kardus-kardus tua itu. Dan setelah beberapa jam beradu dengan debu menjijikkan itu, aku dan vian lalu keluar dari gudang dan membawa setumpuk kertas bekas yang terdiri dari berkas-berkas tak terpakai papa.
“itu buat apaan sih,yan??” tanyaku setelah mencuci kedua tanganku
“akukan sudah bilang ini rahasia, nanti juga kamu bakal tau” jawab vian tersenyum lagi.
Huh...aku mendengus kesal, “ya udah, pulang sana, terusin proyek kamu”
Vian tertawa geli , “ngambek lagi nih....” godanya
“nggak, cuman dikit,”
Vian merogoh saku celananya, dan mengeluarkan selembar kertas yang entah berisi apa. Kertas itu lalu diserahkannya padaku, dan ia langsung berlari masuk ke dalam rumahnya sambil tertawa.
Aku melirik kertas itu. Dasar!!!! Didasar kertas itu tertera foto aku yang lagi ngambek dan memanyunkan bibirku. Vian telah merenovasi gambarku itu. Di bagian rambutku di beri dua tanduk menyerupai devil, di bagian bibirnya di beri dua taring kayak drakula, dan parahnya di kedua bagian pipinya di beri bulatan berwarna merah terang, jadialah aku kayak orang yang paling aneh sedunia.
“ITU WAJAH KAMU KALO LAGI NGAMBEK, KAYAK DEVIL YANG DI KLONING SAMA DRAKULA!!!!” teriak Vian dari balik jendela kamarnya
Aku menatapnya sinis, tapi dalam hatiku aku tertawa sejadi-jadinya.
* * *
“kita kerja tugas ini di rumah kamu aja yah,yan” pinta Neta manja pada Vian yang tengah sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam ransel Hitamnya.
“terserah” kata vian lalu segera menggendong ranselnya sedangkan Neta malah berdecak kagum.
“pulang yuk,” ajakku pada Vian
“a...” kat Vian terpotong oleh Neta
“Kamu pulang sendiri aja, aku dan viankan satu kelompok biologi, jadi kami harus sering bersama, sana pulang” neta mengibas-ngibaskan tangannya tanda mengusirku
Ugh!! Aku jadi kesal sama orang di hadapanku itu, terlebih lagi pada Vian yang malah diam seribu bahasa, padahal kalo neta suah ngelunjak gini pasti vian bakal belain aku, tapi sekarang, ia malah diam.
Aku menatap vian penuh harap, tapi vian malah buang muka. Argh!!!! Lengkap sudah penderitaanku. Ada apa dengan Dia??!!! Kok jadi dingin gini??!!!
“sudah sana pulang sendiri, aku dan vian masih mau nyari bahan buat praktek biologi, sana pulang” Neta semakin melunjak
Aku mendengus kesal dan segera angkat kaki dari tempat itu. Aku berbalik menatap Vian yang masih asyik membuang wajahnya. Kamu kenapa si,yan??!! Kok jadi aneh gitu??!! Apa aku punya salah padanya??!!! Argh......aku bingung!!!
* * *
Aku terus memasang wajah sebel sambil terus memperhatikan Vian dan Neta yang tengah tertawa bersama di teras rumah vian. Aku duduk di kursi teras sambil pura-pura membaca majalah dan terus mengamati mereka berdua dari balik majalah itu. Neta yang terus tertawa memukul-mukul bahu vian yang rela menerima pukulan Neta, padahal Cuma aku yang bisa ngelakuin itu, dan itu jelas-jelas pernah di ultimatumkan oleh Vian.
“Cuma kamu yang aku izinin buat nyentuh bahu aku selain mama dan papa aku, Mitha” begitu kata Vian di hadapan Mama dan Bi Siti pembantu mama di dapur. Dan sekarang, Vian telah mngingkari sendiri kata-katanya. Ugh!!! Dia pasti bukan Vian!! Tapi pasti dia alien yang nyamar jadi diri vian.
Aku kembali mengintip mereka dari balik majalahku, oh My god!!! Vian berani mencium Neta!!! Tidak tidak!! Pasti Vian Cuma ngebisikin Neta, karena dia berbalik!! Iya pasti!!! Tapi kok ngebisikinnya lama banget??!! Oh My God!! Parah parah parah banget!!!! Vian berani banget ngelakuin itu!! Di teras rumah lagi yang jelas-jelas bisa jadi tontonan semua orang!!!. Vian kembali ke tempat semula, duduk menghadap ke jalan yang sedang sepi, sedangkan Neta malah mesem-mesem nggak jelas dengan wajah memerah yang terlihat jelas dari tempatku, secara Wajah neta putih bersih banget. Pasti!! Pasti Vian telah mencium Neta!! Pasti!! Kalo enggak mana mungkin wajah Neta jadi Memerah gitu.
Aku mengalihkan pandanganku dari dua makhluk tak tau malu itu. Aku bangkit dari tempatku dan hendak masuk kedalam rumah, tapi sayang mama datang membawa dua gelas teh dan juga setoples kue, mama mengajakku duduk kembali. Katanya buat nemenin mama Nyantai Sore.
“temen kamu,mit??” tanya mama melirik Neta
Aku mengagguk iya lalu meneguk teh yang masih hangat
“kok nggak gabung??” tanya mama lagi
“males” jawabku singkat
“kenapa??”
“males aja,”
Mama menatap tepat ke dalam dua bola mata beningku lalu tersenyum jail, “mama tau, kamu pasti cemburukan..”
“ih mama apa-apaan sih!!! Mana mungkin aku cemburu,” elakku tak terima
“mitha, mama ini orang yang ngelahirin kamua, pastilah mama tau semua tentang kamu, ayo ngaku, kamu suka-kan sama Vian”
“nggak!!”
“suka”
“Enggak mama”
“ngaku...”
“ENGGAK MA!! AKU NGGAK SUKA SAMA VIAN” aku berteriak membuat vian dan neta memandangku.
Aku langsung lari masuk ke dalam rumah. Argh!!!! Aku malu banget!! Pasti vian mendengar itu semua!!!. Entah mengapa detak jantungku jadi tak beraturan saat mengingat tatapan dingin Vian padaku barusan. Argh!! Itu tak penting!! Yang penting sekarang adalah Aku Malu banget!!!!
* * *
Sudah seminggu vian bersikap aneh padaku, apalagi sejak aku berdebat sama mama, vian malah nggak pernah ngajak aku ngomong, jangankan ngomong, melirik padaku saja nggak!!! Apa aku salah padanya?? Apa aku telah membuatnya marah??!! Tapi tidak, aku nggak pernah berbuat salah ataupun marah padanya, malahan dia yang membuatku jengkel setengah mati, dia yang salah padaku karena telah mengingkari janjinya, dia yang telah membuatku marah karena sikapnya pada Neta yang berubah 360 derajat. Dialah semua dalangnya, Bukan aku!!! Dan yang lebih tidak kusukai adalah kedekatannya dengan Neta!! Entah apa ini, yang jelas setiap kali aku melihat mereka berdua bersama, aku jadi benci banget sama orang bernama vian itu. Aku seperti ingin menimpuknya dengan sepatu, ingin menguburnya di bawah gunung, ingin menenggelamkannya ke dalam lahar yang mendidih. Apa aku cemburu seperti yang dikatakan oleh mama?? Aku tidak tau, yang jelas aku merindukan Vian, rindu akan senyum manisnya yang hany untukku, dan rindu dengan sikap anehnya padaku.
“mitha” panggil mama mengetuk pintu kamarku dengan lembut
Aku bangun dari lamunanku dan segera membuka pintu buat mama.
“ada apa ma??” tanyaku malas
“kamu bisa bantu mama??” tanya mama tersenyum penuh harap padaku
“ngapain??”
“tolong bawain ini ke rumah Vian, mama nggak bisa, mama mau keluar sebentar” mama menyodorkan sebuah kotak plastik dimana didalam kotak itu terpajang manis sebuah Cake Coklat Besar di dasarnya.
“bi siti aja deh,ma, aku lagi capek nih” tolakku
“bi siti lagi ke pasar, lagian kue itu buat Vian, kemarin dia mesen mama bautin cake”
Aku mendengus panjang lalu menerima cake itu tanda setuju dengan perintah mama.
“makasih sayang” kata mama sebelum meninggalkanku sendiri di daun pintu
Aku segera melangkah menuruni anak tangga dan langsung berjalan ogah-ogahan ke rumah Vian.
Aku mengetuk pintu rumah vian yang di lapisi cat Coklat tua. Tak berapa lama kemudian, Wanita Paruh baya memakai daster Biru motif bunga membuka pintu dan langsung menyapaku dengan senyuman, dia adalah Tante Ita, mama Vian.
“sore tante, aku mau nganterin kue pesanan Vian dari mama” jelasku tersenyum kecil
“o..kue buat vian?? Ayo masuk” tante ita mengajakku masuk tapi aku menolaknya
“aku Cuma nganterin kok tante,”
“jangan gitu dong mit, kamu tungguin aja Vian di kamarnya, dia lagi keluar” jelas tante ita
“keluar?? Sama siapa tante??” tanyaku penasaran
“em...sama temen ceweknya, namanya..em...siapa lagi yah” tante ita berpikir
“neta, tante??” tabakku
“iya neta,”
Tuhkan....vian udah berubah banget!!!.
“ya udah, ayo masuk” ajak tante ita aku mengangguk pelan lalu mengikuti tante ita yang membawaku ke kamar vian yang terletak di lantai dua.
“cake-nya di simpen di dalam aja,sayang, tante tinggal dulu yah” kata tante ita lalu kembali menuruni anak tangga.
Aku hanya tersenyum kecil lalu kupandangi daun pintu Kamar vian yang berlapis warna Putih bersih dan tertutup rapat. Aku jadi penasaran apa yang ada di dalam kamar Vian, karena selama ini aku belum pernah sekalipun masuk ke dalam kamarnya. Alasannya yaitu karena di dalam adalah pabrik proyeknya. Proyek???!! Apayah proyek itu?? Aku jadi penasaran banget sama proyek rahasia vian itu. Akhirnya karena didesak dengan rasa penasaranku, akupun lalu memutar gagang pintu dan berhasil membukanya.
Aku mengamati isi kamar vian. Ruangan itu di balut dengan warna putih bersih dengan beberapa poster Seperti Albert Einstein, Spiderman dan juga poster Tulisan Allah SWT bersanding dengan Muhammad SAW, tertempel manis di sisi dinding. Sebuah kasur tanpa ranjang, meja belajar lengkap dengan komputernya, Lemari Sedang, Sebuah Piano besar dan sebuah meja kecil berisi kardus-kardus tua yang diambilnya dari Gudangku, tertata rapi di dalam ruangan yang cukup luas itu.
Mataku kini tertuju ke atas kasur Vian, disana entah itu apa terbungkus rapi oleh Kertas kado berwarna biru dengan motif Bunga. Bungkusan itu kira-kira berukuran satu kali satu meter. Aku mendekati bungkusan itu dan hendak membukanya, tapi mataku langsung tertuju kepada sebuah tulisan yang ada di sudut bungkusan itu.
“Buat Mitha yang jelek” aku tersenyum membacanya. Hm..ternyata buat aku. Aku mengangkat bungkusan itu lalu mengamatinya dari atas sampai bawa. Apayah isinya?? Apa lukisan?? Aku tersenyum kecil membayangkan lukisan Vian, dia kan tidak tau melukis. Mataku tertegun melihat sebuah kain yang di penuhi warna cat merah. Aku mengambil kain itu, waw pasti catnya tumpah sewaktu dia lagi malukis.
“ngapain kamu disini??!!!”
Aku berbalik mencari sumber suara itu, Oh My God!! Vian!!!!! Aku buru-buru mengembalikan bungkusan itu ke tempat semulanya juga dengan kain penuh cat merah itu.
“vian??! Em..aku lagi nungguin kamu” jawabku tersenyum kecil, tapi aku tak dapat menyembunyikan ketakutanku karena vian menatapku dingin dan jelas dia marah banget padaku, karena itu tergambar jelas di wajahnya.
“aku kan sudah bilang sama kamu, jangan pernah masuk ke dalam kamarku!!! Mesti berapa kali kau mengingatkanmu!!!!” Kata Vian Emosi
“tapi,yan, aku Cuma nganterin kue ini” aku menyodorkan kue itu padanya, tapi vian malah manampar bungkusan kue itu hingga ia jatuh berserakan di lantai.
Aku ternganga di buatnya, Aku tidak percaya, “yan..kamu...ka..”
“kamu mau ngapain itu terserah kamu!!! Tapi jangan masuk kedalam ruangan orang seenanknya saja!! Kamu itu tidak tau aturan tau!!!!”
Aku menahan air mataku yang sudah ingin tertumpah ruah, hatiku sakit, sakit banget, “kamu kenapa sih,yan!!! Aku juga gak bakal masuk kalo nggak di suruh sama mama kamu!! Bukannya aku nggak tau aturan, tapi aku Cuma penasaran dengan isi ruangan itu, apa itu salah??!!!!”
Vian menatapku dingin, dan kembali siap untuk mengertakku tapi aku mendahuluinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar