Minggu, 22 Februari 2009

Vian (Part 3)

“aku tau, aku emang gak boleh masuk kedalam kamar kamu, tapi, apa kamu nggak percaya sama aku?? Aku itu sudah temenan sama kamu 11 tahun yan!! 11 tahun!! Apa itu bukan waktu yang lama buat kamu percaya sama aku??!! Sedangkan neta yang baru kamu kenal 3 tahun, kamu biarin masuk ke dalam sini!! Kenapa aku tidak!!!! Apa aku beda ama dia???!! Iya aku tau aku beda dengan dia, dia cantik, dan aku jelek, itukan yang selalu kamu bilang!!!” aku terisak-isak menahan air mataku
“ya udah, aku emang jelek, jadi nggak pantes buat tau semua tentang kamu” lanjutku lalu segera berlari keluar dari ruangan sesak itu.
Aku tidak tau, apakah vian mengejarku atau ia malah diam terpaku di sana. Aku tak peduli. Vian yang dulu dan yang sekarang beda!!! Dia bukan vian yang dulu lagi. Yah....bukan vianku lagi, yang hanya tersenyum padaku yang hanya memperhatikanku. Terserahlah...sekarang dan selamanya aku akan menghapus namanya dalam memoriku.
* * *
Sudah genap sebulan aku dan vian Miscommunication, tentu saja sejak aku digertaknya habis-habisan. Jika aku berpapasan dengannya entah itu dimana, aku pasti akan menunduk, begitupun dengannya. Dulu Sehari setelah dia melumpahkan kemarahannya padaku, aku berpikir, pasti dia akan datang minta maaf di temani oleh mama, tapi aku salah, jangankan sehari, sampai hari ini dia tak kunjung datang meminta maaf. Aku tidak tau, aku emang salah karena telah memasuki kamarnya tanpa izin, tapi dia lebih salah karena....argh....kesalahannya terlalu banyak, hingga tak dapat kuingat. Bagiku ini adalah hal yang terbaik, buatku dan juag buatnya. Biarlah kami menjalani hidup masing-masing.
Dan hari ini, hari dimana aku berdiri di depan cake raksasa buatan mama yang dihiasi dengan lilin berangka 15,dan di kelilingi oleh teman-teman sekelasku. Ya...hari ini ketika aku meniup lilin itu, usiaku akan menjadi 15 tahun, usia yang sudah kudamba-dambakan karena aku bakal di belikan laptop oleh mama, hm...senangnya.....
“tiup lilinya tiup lilinya...tiup lilinnya sekarang juga....sekarang juga.....” sorak-sorai teman-teman menyuruhku segera meniuo lilin itu.
Aku mengambil nafas, dan segera meniup lilin itu dengan perlahan. Deru tepuk tangan bergema di sekelilingku. Aku tersenyum kecil, lalu segera memotong cake raksasa itu.
Aku menatap sekelilingku, aku mencari sosok itu, sosok yang selalu memberiku senyum yang dapat meluluhkanku, tapi sayang, aku tidak menemukannya, padahal kue pertama itu buatnya. Aku menatap rumah Vian, lampunya mati, menjadikannya sangat gelap di dalam keriuhan malam ini. Akhirnya kue pertama itu kuberikan buat mama.
“ma..keluarga vian mana? Kok nggak datang??” tanyaku
“mereka lagi keluar kota, katanya ada keluarganya yang sakit” jawab mama
“vian ikut??” tanyaku
“iya sayang, kata tante ita, dia merengek pengen ikut, padahal setiap ke luar kota, pasti vian nggak pengen ikut” jelas mama
Aku tersenyum kecil. Perasaan bersalah langsung menyergapku. Semua salahku!!! Bukan salah Vian!!!.Sebutir air mata mengalir lembut dari pelupuk mataku. Dan tak kusangka dari bibirku keluarlah kalimat itu.
“aku membutuhkanmu Vian...aku sayang sama kamu....”
* * *
“ada apa sih ma???!” tanyaku pada mama melalui handphoneku. Entah ada apa, mama menelponku di sekolah, padahal biasanya mama paling anti menlponku saat jam belajar.
“sayang, sekarang kamu pulang yah” pinta mama
“emang ada apa ma” aku tambah penasaran
“kamu pulang saja, sekarang!!! Mama tunggu kamu!!”
Klik
Telpon terputus. Aku menjadi semakin penasaran. Akhirnya ,setelah meminta izin ke guru BK, aku langsung melesat pulang kerumah.
Sampai dirumah, belum sempat aku menginjak lantai rumah, mama langsung mendorongku masuk kedalam mobil yang di setiri oleh papa. Dan sedetik itu juga kami langsung meninggalkan rumah.
Dalam perjalanan mama terus mengeluarkan air mata, juga papa, beliau terus memasang wajah sedih, aku tambah bingung.
“ada apa sih ma, kok kalian berdua pada sedih gitu, mama juga sampai nangis” tanyaku membuat tangisan mama semakin meledak
“ma...pa...”
“sayang..vian..vian...” tangisan mama semakin menjadi jadi, aku tambah bingung karena mama menyebut nama vian.
“vian kenapa ma??”
Mama tak melanjutkan kata-katanya, karena kami telah sampai di rumah sakit. Mama berjalan gontai mendahuluiku bersama papa. Aku tak tau siapa yang sakit. apa Vian??? Ah tidak mungkin, dia sehat sehat saja.Tapi, setelah aku sampai di ruang UGD, semua pertanyaanku, semua kebingunganku, juga rasa penasaranku semakin meluap-luap. Tante ita yang ada di depan ruang UGD langsung berlari memelukku dan membelai rambutku sambil mengeluarkan air mata.
“mitha...vian...vian....” kata tante ita tak jelas
“iya tante, vian kenapa??” tanyaku semakin penasaran
“vian...sudah pergi”
Diriku membeku, kerongkonganku serasa tercekat, kakiku gemetar. Apa yang kudengar ini??? Ini semua bohong!!! Vian pergi???! Pergi kemana???!! Pasti bukan menghadap tuhankan!!!
“tante ngomong apa??” aku melepaskan pelukan tante ita, “tante bohongkan!!! Vian pergi kemana??!!” air mataku mengalir satu persatu
Tante ita mengusap air mataku, “vian pergi menghadap tuhan...”
DUAR......sebuah peluru menembus urat syarafku.
“vian....vi...vian.....” aku menahan tangisanku , “tante bohongkan!!! Pasti tante bohong!!! Vian nggak mungkin....” aku jatuh berlutut di hadapan tante ita yang langsung membantuku kembali berdiri.
“sayang...vian..”
“DIMANA VIAN TANTE!!!! DIMANA!!!” teriakku
Tante ita menunjuk ke dalam ruang UGD. Aku langsung berlari kedalam sana, menembus para perawat dan dokter yang melarangku masuk.
Di dalam sana, di atas sebuah ranjang berbalut serba putih, sebuah tubuh tergolek tak bernyawa, diam kaku berselimut kain putih. Dengan Sebuah senyuman termanis miliknya, menyapaku. Aku mendekati tubuh itu, meraba wajahnya tak percaya sambil terus mengalirkan air mata. Itu...wajah vian yang manis dengan senyumannya.
“Vian!!! Bangun!!!!” aku menggoncangkan tubuhnya tapi dia hanya diam
“Vian!!! Bangun!!!!! Jangan main-main yan!!! BANGUN!!!!” kucoba lagi dan lagi, tapi dia tetap diam, kaku dan dingin, tapi senyumannya tetap terlukis diwajah pucat pasinya.
Aku menangis sambil memeluknya. Semua salahku!!! Semua salahku!!! Aku yang membuatnya menghadap tuhan, aku yang membuatnya marah padaku, semuanya karena aku. Dan di saat terakhirnya-pun aku tidak di sampingnya!!! Semua salahku!!!
“Vian! Kamu nggak boleh ninggalin aku!!! Aku belum mau berpisah denganmu!! Aku...” kata-kataku tercekat di kerongkonganku, aku tak dapat melanjutkannya, karena air mataku terus mengalir.
Tante ita dan mama masuk, mereka mencoba menenangkanku. Mama memelukku, mencoba menasehatiku, tapi semuanya sia-sia.
“Semuanya salahku tante!!! Aku yang membuat vian gini!! Aku!!! dan semua nya karena aku!!!” hardikku pada diriku sendiri sambil terus berlinang air mata
“bukan salah kamu sayang, semua takdir tuhan..” kata tante ita meraih tubuhku lalu memeluknya dalam-dalam. Aku tak dapat berkata-kata lagi, semuanya tersimpan di dalam kerongkonganku sambil terus menatap wajah itu, wajah pucat pasi yang terus tersenyum padaku. Tante ita melepaskan pelukannya.
“ini hadiah dari vian,” tante ita memberikanku sebuah bungkusan, bungkusan yang di balut oleh kertas kado berwarna biru dengan motif bunga. Mataku kembali basah saat menerimanya.
“kata vian, ini buat kamu, selamay ulang tahun darinya” kata tante ita membuatku kembali memeluk tubuh tak bernyawa itu lagi.
“maafin aku,yan....aku...sayang kamu...aku...” kembali kata-kata itu tercekat di kerongkonganku.
* * *
Setelah mengantarkan vian ke tempat peristirahatan terakhirnya, Aku langsung duduk di teras rumah sambil membuka bungkusan itu. Aku takjub akan apa yang terbungkus itu. Sebuah lukisan yang di buat dari bubur kertas bekas. Seperti lukisan timbul, lukisan yang menggambarkan wajahku dan juga wajahnya, tampak seperti lukisan yang dilukis dengan cat lukis, tampak sangat jelas dan nyata. Aku merabanya dengan haru dan menitikkan air mata lagi. Terjawab sudah pertanyaanku selama ini, vian mengumpulkan kertas bekas untuk membuat lukisan tak ternilai ini. Di sudut lukisan timbul itu, ada sebuah tulisan tangan vian.
“Si Muka Jelek Mitha dan Si Pangeran Cakep Vian” kataku sendu
Aku mebalik lukisan itu hendak mencari tulisan tangannya lagi, tapi yang kutemukan adalah sebuah kaset DVD dan sebuah surat. Tanpa babibu, aku langsung masuk kedalam rumah untuk memutar kaset DVD itu.
Air mataku langsung tumpah saat menyaksikan film berdurasi 1 jam itu.

“Hai...Mitha..mungkin saat kamu nonton film ini, aku sudah ada di surga dan melihatmu dari atas sana,” Vian tersenyum manis di samping Piano Yamahanya
“oke deh aku nggak bakal lama-lama, kamukan dari dulu pengan liat aku main piano secara langsung, tapi ini juga secara langsungkan, hehehehe, wlaupun lewat kaset, oke lihat aku yah...”
Vian lalu duduk di bangku tepat dihadpaan Pianonya, di melemaskan jari-jarinya dan mulai menyentuhkannya ke tuts-tuts Piano. Seketika itu juga instrumen lagu milik Peterpan, semua tentang kita, mengalun bersama dirinya.
Itu adalah lagu favoriteku, air mataku kembalu mengalir dan ikut terhanyut dengan permainannya.
Setelah 15 menit dia memainkan instrumen itu, vian kembali menghadapa ke Handycam yang merekamnya.
“gimana?? Bagus tidak?? Aku harap sih kamu suka, karena aku berlatih hampir setahun hanya buat memainkan lagu ini khusus untukmu” vian tersenyum lagi
“hehehehe, kamu pasti takjub sama aku, iyakan?? Iyalah, aku inikan hebat, nggak kayak kamu, yang bisanya Cuma manggut-manggut kalo aku ajarin fisika sama matematika, ingat yah selalu nasehatku!! Kamu harus lebih dari aku!!”
Layar lalu menampilkan Vian yang menyorot semua isi kamarnya. Lalu dia bernyanyi sambil berjigkrak-jingkrak ala rocker mengikuti alunan lagu milik linkin park.
Aku tertawa kecil
Di akhir film, Vian berbaring di ranjang rumah sakit, memakain pakaian putih ala rumah sakit dan di penuhi selang-selang infus, Vian tersenyum kecil, “aku sayang kamu Mitha, aku cinta kamu lebih dari seorang sahabat, semoga kamu juga merasakan hal yang sama seperti aku, makasih....buat kenangan yang kamu berikan selama ini untukku,” vian menghela nafas panjang
“kita pasti akan bertemu di surga, dan di sanalah cinta kita akan bersatu, dan ingat...walaupun aku telah pergi, tapi cintaku padamu tidak akan pernah mati selamanya sampai kita bertemu di Surga” Vian tersenyum manis, senyum yang lebih manis dari biasanya
“I LOVE YOU MITHA!!!”

Klik
Layar menjadi hitam, film itu telah selesai. Aku menuduk dalam-dalam menahan air mataku yang terus ingin keluar, akhirnya aku tidak dapat menahannya, kubiarkan dia terus mengalir membasahi pipiku terus menerus. Aku lalu mengambil sepucuk surat dari Vian itu, lalu kubaca dengan perlahan...

Dear Mitha yang sangat kusayangi....
Pertama...aku mau minta maaf ke kamu, karena beberapa waktu terakhir ini aku membuatmu marah, jengkel dan sebal sama aku, aku melakukan itu semua karena hanya ingin mengujimu, apakah kamu sayang sama aku atau tidak. Tapi...teryata aku malah membuatmu marah beneran, dan membuatmu jadi benci sama aku. Aku minta maaf. Jujur, waktu aku dan neta lagi belajar kelompok, aku tau kamu lagi ngintip kami, dan aku sengaja buat kamu cemburu, dan itu berhasil dengan aku pura-pura mencium Neta hahahahahaha, kamu lucu tau!!! Aku malah tertawa sekeras-kerasnya dalam hatiku.
Kedua...aku minta maaf lagi... karena selama ini aku tidak memberitahukanmu tentang penyakitku ini. Aku menderita leukimia,mitha, dan yang bisa menolongku hanya saudaraku, tapi kamu tau-kan aku anak tunggal dan tidak punya saudara, jadi..aku jalani takdir saja. Dan saat melihatmu memegang kain yang penuh darah segarku, aku jadi ketakutan. Bagaimana kalo sampai kamu tau?? Bagamana kalo sampai kamu sedih dengan keadaanku?? Aku tidak mau membuatmu sedih, aku tidak mau membuatmu terbebani dengan semua penderitaanku, karena aku sayang sama kamu.
Mitha....aku tidak tau lagi apa yang mesti kutulis disini, aku hanya berharap kamu tidak lagi menangis untukku, karena aku tidak ingin kamu menderita. Kamu sudah lihatkan lukisan anehku itu?? Aku tidak tau, dapat dari mana aku ide untuk menghadiahimu lukisan aneh seperti itu di ulangtahunmu yang ke 15, awalnya aku pengen beri kamu laptop, tapi biayanya terlalu mahal (hehehehe), jadi aku beri kamu lukisan itu, gimana? Suka tidak??? Aku harap kamu suka. Dan video itu, kamu harus simpan baik – baik yah, karena hanya itu yang bisa kuberikan selain lukisan aneh itu. Kamu bisa menonton video itu jika kamu rindu denganku, kamu pasti akan merindukan senyumku-kan?? Iyalah aku kan cakep, nggak kayak kamu jelek...hehehehehe....nggak kok aku Cuma bercanda, kamu cantik, cantik banget malah, luar dalem.
Mitha....aku sayang sama kamu, aku malu mengungkapkannya. Tapi melalui surat ini dan Video itu, aku mengungkapkannya tulus dari lubuk hatiku yang paling dalam. Dan jangan pernah lupakan aku, karena walaupun aku telah tiada, tapi cintaku untukmu tetap hidup di dalam hatimu....my love never die, forever.....in your heart
Salam sayang dan cinta
Vian.....

Air mataku terus mengalir setelah membaca surat itu, surat pertama dan terakhir dari Vian. Sebuah benda berharga dari sekian benda berharga yang di berikannya padaku, yang akan kujaga sampai aku bertemu dengannya di Surga.

THE END
Created by :
Nurul Ilmah
(noe_peace)
26 Agust. 2008
18.30 makassar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar