Rabu, 18 Februari 2009

Kevin

Dia anak yatim piatu, yang datang bersama mama, menyapaku dengan senyum konyolnya. Aku jadi kesal dengannya. Sejak kedatangannya, aku selalu di nomor dua-in, entah iu soal seragam, uang jajan, bahkan kasih sayang dari mama. Agh!!!! Aku jadi sreg melihatnya. Dia pura-pura baik padaku. Dan aku tau, dibalik semua kebaikannya itu, ada sebuah strategi liciknya.
“Aya!!!” kevin mengagetkanku
Aku tersentak kaget,hampir saja aku menjauhkan piring bawaanku.
“apa-apaan sih!! Nggak lucu tau!!!”
“ye manyun gitu...mau kayak cumi-cumi ya...”
“ih!!! Nyebelin!! Pergi sana!!! Atau aku lempar pakai piring nih!!!”
“i..iya deh...bye cumi-cumi,” kevin segera menghilang dari pandanganku
“Ugh!! Sialan!!”
* * *
“gimana sekolah pertamanya,vin?? Tanya mama pada kevin, saat kami sekeluarga tengah asyik nonton TV.
“ya...tidak ada masalah tante,” kevin tersenyum kecil
“baguslah, kalo aya’nya baik tidak??” tanya mama lagi
“ya...gitulah tante,”
“berarti aya’ baik dong,”
“iya tante, aya baik kok,”
“ya sudah, tante tinggal kalian berdua dulu yah,” mama bangkit dari tempatnya, dan segera meninggalkanku bersama Kevin bangsat ini.
“ya’ , kalo di sekolah, kamu sering jadi nomor satukan??” tanya kevin menatapku aneh
“kalo iya, emang kenapa??” jawabku sinis
“liat deh ya’, kalo sudah ada aku, kamu pasti bakal tergeser,”
Aku meliriknya sinis tapi dia malah tersenyum, “coba aja kalo berani, cukup di rumah aja, kamu sok gini!!” aku langsung angkat kaki darinya
“aya’!!!! hati-hati loh, nanti ada kecoa di kamar kamu!!!” teriak Kevin tertawa kecil
Aku tak peduli, bodo’ amat,
“Akh!!!!!!” aku menjerit, seekor kecoa tiba-tiba berada di atas kepalaku.
Dan dapat kutangkap kevin yang tengah tertawa terahak-bahak, “sudah kubilangin hati-hati,”
“KEVIN!!!!” aku mengejarnya.
* * *
“rese’ banget sih tuh orang,” kataku pada wiwied teman sebangkuku sekaligus tempat curhatku seiap hari
“trus mau kamu apaan??” tanya wiwied
“ya..nyingkirin dia, masa’ dia bilang mau geser kedudukan aku, enak aja!!”
“ya usaha dong,ya’, setiap manusia itu pasti akan berada di bawah ato di atas,”
“iya...bawel amat sih,”
Wiwied cengengesan
Tiba-tiba seseorang membekap mataku dari belakang, sontak aku jadi kaget banget
“aya’ coba liat deh, nilai ulanganku lebih baik dari kamu, malah guru-guru salut banget sama aku,” suara itu!!! Pasti Kevin!!!
“Ugh!!! Dasar kevin rese’!!” aku melepaskan dengan paksa tangan kevin
“apa-apaan sih,” omelku padanya
“lihat nih,” kevin menyodorkan kertas ulangannya padaku
“oh...Cuma mo pamer??? Kalo mo pamer, noh disana, di depannya Mang Udin!!!” kataku kesal lalu segera menarik wiwied keluar dari kelas
“Aya’!!!!”
* * *
Hari-hariku semakin membosankan. Bagaimana tidak, selalu saja ada gangguan dari Kevin bangsat itu!!. Aku gak tau mau tuh anak apaan, yang jelas, aku hanya pengen dia lenyap dari hadapanku, hilang dari kehidupanku, dan gak pernah lagi menyapaku dengan senyum sok sucinya itu. Dia emang menyebalkan!!!!!
“aya’ lihat deh, mama kamu beliin aku sepatu bola loh, akukanmau bertanding minggu depa, kamu harus lihat ya,pokoknya harus liha!!! Plissssssss” kevin memohon di hadapanku
“nggak mau ah, bosan tau,” kataku jutek
“ya aya’..ayolah..plisssssss,” kevin memasang tampang memelas
Aku menatapnya dingin, ada rasa iba menjerat hatiku, “iya deh, kalau ada waktu, tapi aku gak janji loh,”
“thanks yah ya’,” kevin tersenyum keil.dapat kulihat jelas kegembiraan di wajahnya. Tapi, aku juga dapat melihat gurat sedih disana. Akh...segera kupalingkan wajahku.
* * *
“ma, kevin mana??” tanyaku pada mama
Ya..hari ini adalah hari yang sangat dinantikan olehnya. Hari dimana dia akan memperlihatkanku kelihaiannya menggiring bola ke gawang.
“nggak tau juga, tadi sih, katanya dia mau latihan dulu di lapangan sana,”
“o....aku susul yah mah,”
Mama mengagguk. Aku segera berlari mencarinya. Ada rasa aneh menyelinap ke hatiku, entah itu apa. Rasa tak enak mungkin.
“kevin!!! Jangan sembunyi dong, katanya mau berangkat bertanding, kok malah ngumpet sih!!
Sunyi menyapaku. Lapangan sangat sepi, Nggak ada seorang pun di lapangan itu.
“Vin!! Kevin!!!” Aku masih terus memanggilnya. Hingga aku kaget luar biasa, mendapati tubuhnya tesandar lemah di batang pohon. Darah segar mengalir dari hidungnya yang ia bekap.
“kevin, kamu kenapa??
“ya’...tolong...,” kevin tak sadarkan diri
“kevin!!”
* * *
“ma...kevin nggak pa-pakan??” tanyaku sambil terisak-isak di hadapan mama, di depan ruang dimana kevin sedang di obati.
“iya, pasti nggak pa-pa..” jawab mama datar yang juga terisak-isak
Sejam aku menunggunya. Menunggunya agar dia bisa menggangguku lagi. Agar aku bisa memarahinya lagi, Hingga aku tertidur di pangkuan mama. Sejam penuh aku ketiduran, Sayup-sayup aku mendengar mama menangis histeris. Semoga ini mimpi!!
“sayang bangun...” mama membangunkanku
“ma...mama kenapa?? Kok nangis?? Kevin?? Kevin nggak pa-pakan ma?? Ma..jawa..ma..jawab!!!” aku menangis, menangis sekuat-kuatnya. Aku tidak terima. Si konyol itu...menderita leukimia stadium 4.
Mama membawaku menemui kevin di ruang UGD. Aku tak tahan lagi menahan tangisanku. Dia...telah tiada, dia...telah meninggalkanku untuk selamanya. Dia pergi!!!!
“KEVIN!!!!
* * *
Sore itu langit mendung. Aku baru saja mengantarkan kevin ke tempat peristirahatan terakhirnya. Aku tak henti-hentinya menangisi kepergiannya. Aku tak terima!!! Aku yang dulu berharap dia segera lenyap dari hadapanku, dan sekarang dia telah lenyap untuk selamanya!!! Aku tak terima!!
Dia datang begitu saja. Menyapaku dengan senyum konyolnya. Dia juga pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata perpisahan padaku. Dia...bagai angin yang datang dan pergi tanpa permisi, meninggalkan sedih yang begitu mendalam.
Kini...dia tidak menggangguku lagi. Dia tidak membuatku kesal lagi. Senyumnya, tingkahnya, sudah tidak ada lagi. Padahal aku begitu merindukannya. Merindukan dirinya yang munkin dapat ku sentuh di alam mimpi.
* * *
“aya’!! kok gitu sih??? Payah nih, semangat dong!!” kevin berdiri di ujung sana, memberiku semangat tiada henti.
“Vin, jangan pergi!!!”
“aya’ bodoh, jangan nangis, semangat yah!!”
“Kevin!!!”
“aya’ tetap semangat yah, aku pergi dulu...bye....” kevin menghilang begitu saja
“KEVIN.............”
* * *


Makassar, 2006

Created By: noe_peace

1 komentar: